TUNIS- Warga Tunisia, Minggu (23/11/2014), memberikan
suara pada pemilihan presiden pertama sejak revolusi 2011 yang memicu
"Arab Spring".
Sebanyak 27 orang kandidat bertarung dalam pemilihan umum ini dan nama mantan perdana menteri Beji Caid Essebsi (87) menjadi favorit setelah partainya yang berhaluan anti-partai Islam memenangkan pemilu parlemen bulan lalu.
Nama-nama lain yang juga berpeluang dalam pemilihan presiden ini misalnya presiden inkumben, Moncef Marzouki.
Pemilihan presiden ini juga diramaikan nama-nama sejumlah menteri di masa kekuasaan diktator Zine El Abedine Ben Ali yang digulingkan pada 2011, politisi sayap kiri Hamma Hammami, pengusaha kaya Slim Riahi dan satu-satunya kandidat perempuan Kalthoum Kannou.
Sebanyak 5,3 juta warga akan memberikan suara dalam pilpres yang diamankan ribuan polisi dan tentara karena khawatir serangan kelompok radikal Islam yang akan mengganggu jalannya pemilihan presiden.
Di sebagian besar wilayah Tunisia, pemilihan dibuka pada pukul 08.00 waktu setempat atau sekitar pukul 14.00 WIB dan berakhir sekitar 10 jam kemudian.
Namun, di wilayah-wilayah dekat dengan perbatasan Aljazair pemungutan suara hanya digelar selama lima jam.
Pemilihan putaran kedua akan digelar pada akhir Desember jika tak ada satupun kandidat yang meraih suara mayoritas dalam pilpres kali ini.
Hingga revolusi 2011, warga Tunisia hanya mengenal dua orang presiden yaitu Habib Bourguiba yang memerdekakan Tunisia dari jajahan Perancis pada 1956.
Bourgouiba berkuasa hingga 1987 saat Ben Ali menggulingkannya lewat sebuah kudeta. Ben Ali kemudian berkuasa hingga 2011 saat akhirnya lengser lewat revolusi rakyat.
Demi mencegah terulangnya kediktatoran, maka konstitusi baru Tunisia mengatur bahwa kekuasaan eksekutif diserahkan kepada perdana menteri yang diambil dari partai pemenang pemilu parlemen.
Sebanyak 27 orang kandidat bertarung dalam pemilihan umum ini dan nama mantan perdana menteri Beji Caid Essebsi (87) menjadi favorit setelah partainya yang berhaluan anti-partai Islam memenangkan pemilu parlemen bulan lalu.
Nama-nama lain yang juga berpeluang dalam pemilihan presiden ini misalnya presiden inkumben, Moncef Marzouki.
Pemilihan presiden ini juga diramaikan nama-nama sejumlah menteri di masa kekuasaan diktator Zine El Abedine Ben Ali yang digulingkan pada 2011, politisi sayap kiri Hamma Hammami, pengusaha kaya Slim Riahi dan satu-satunya kandidat perempuan Kalthoum Kannou.
Sebanyak 5,3 juta warga akan memberikan suara dalam pilpres yang diamankan ribuan polisi dan tentara karena khawatir serangan kelompok radikal Islam yang akan mengganggu jalannya pemilihan presiden.
Di sebagian besar wilayah Tunisia, pemilihan dibuka pada pukul 08.00 waktu setempat atau sekitar pukul 14.00 WIB dan berakhir sekitar 10 jam kemudian.
Namun, di wilayah-wilayah dekat dengan perbatasan Aljazair pemungutan suara hanya digelar selama lima jam.
Pemilihan putaran kedua akan digelar pada akhir Desember jika tak ada satupun kandidat yang meraih suara mayoritas dalam pilpres kali ini.
Hingga revolusi 2011, warga Tunisia hanya mengenal dua orang presiden yaitu Habib Bourguiba yang memerdekakan Tunisia dari jajahan Perancis pada 1956.
Bourgouiba berkuasa hingga 1987 saat Ben Ali menggulingkannya lewat sebuah kudeta. Ben Ali kemudian berkuasa hingga 2011 saat akhirnya lengser lewat revolusi rakyat.
Demi mencegah terulangnya kediktatoran, maka konstitusi baru Tunisia mengatur bahwa kekuasaan eksekutif diserahkan kepada perdana menteri yang diambil dari partai pemenang pemilu parlemen.
sumber: kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar