MEDAN-
Banyak
kaum pria yang memimpikan menikahi pujaan hatinya dengan cara yang
unik. Langkah itu dilakukan agar memberi kesan istimewa sebagai hari
yang tak terlupakan sepanjang masa. Seperti halnya yang dilakukan salah
seorang pria Suku Key, asal Papua ini.
Alan Resubun
mempersunting kekasih hatinya yang berasal dari suku Batak, Ecah Purba.
Alan kemudian memilih mas kawin istimewa kepada sang pujaan hatinya,
yakni tiga meriam dan gong peninggalan Perang Dunia II. Untuk
mendapatkannya, Alan bahkan rela merogoh kocek kantongnya hingga
miliaran rupiah.
"Ketiga meriam ini kami persembahkan sebagai penghargaan dari Suku Key kepada mempelai wanita. Wanita dalam suku kami menjadi junjungan tinggi," tutur Ketua Adat Key, Vincent, Minggu 28 September 2014.
Menurut Vincent, tiga meriam hasil peninggalan Perang Dunia II itu memiliki berat masing-masing mencapai 500 kilogram dan dibawa langsung dari Jayapura, Papua dengan pesawat.
Untuk menyerahkan ketiga meriam kuno kepada mempelai wanita, pihak mempelai pria bahkan terpaksa membawa 20 orang Suku Key untuk memikul ketiga meriam kuno secara beriring-iringan lengkap dengan tarian khas mereka.
"Ketiga meriam dan gong itu bukan cuma sebagai mas kawin, tetapi sekaligus mempererat tali silaturahmi antara kedua keluarga mempelai yang memiliki perbedaan suku, agar tetap rukun dalam menjalankan hubungan persaudaraan," terangnya.
Pesta perkawinan memang terbilang cukup meriah, lantaran dihelat di sebuah hotel berbintang lima di wilayah Medan selama lima hari berturut-turut.
"Ketiga meriam ini kami persembahkan sebagai penghargaan dari Suku Key kepada mempelai wanita. Wanita dalam suku kami menjadi junjungan tinggi," tutur Ketua Adat Key, Vincent, Minggu 28 September 2014.
Menurut Vincent, tiga meriam hasil peninggalan Perang Dunia II itu memiliki berat masing-masing mencapai 500 kilogram dan dibawa langsung dari Jayapura, Papua dengan pesawat.
Untuk menyerahkan ketiga meriam kuno kepada mempelai wanita, pihak mempelai pria bahkan terpaksa membawa 20 orang Suku Key untuk memikul ketiga meriam kuno secara beriring-iringan lengkap dengan tarian khas mereka.
"Ketiga meriam dan gong itu bukan cuma sebagai mas kawin, tetapi sekaligus mempererat tali silaturahmi antara kedua keluarga mempelai yang memiliki perbedaan suku, agar tetap rukun dalam menjalankan hubungan persaudaraan," terangnya.
Pesta perkawinan memang terbilang cukup meriah, lantaran dihelat di sebuah hotel berbintang lima di wilayah Medan selama lima hari berturut-turut.
Meski tak menyebutkan
nominal besaran biaya yang dihabiskan, namun pernikahan itu sudah cukup
membuat masyarakat Sumatera Utara berdecak kagum.
sumber: viva.co.id
0 komentar:
Posting Komentar