728x90 AdSpace

Latest News
Kamis, 18 September 2014

Wamenag Resmikan UIN Ar-Raniry

BANDA ACEH - Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI, Prof Dr Nasaruddin Umar MA meresmikan perubahan status Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, di Auditorium kampus tersebut, Rabu (17/9).
Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan piagam alih status UIN Ar-Raniry disaksikan Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah, Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al Haytar, Ketua DPRA Hasbi Abdullah, Rektor UIN Ar-Raniry Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA, dan tokoh-tokoh pendidikan. Juga hadir Kakanwil Kemenag Aceh, Ketua MPU Aceh, Kepala Baitul Mal Aceh, Ketua Majelis Adat Aceh, para Kepala SKPA, serta rektor UIN, STAIN, dan IAIN se-Indonesia.
Dalam sambutannya, Wamenag RI mengatakan, dengan perubahan status tersebut diharapkan UIN Ar-Raniry bisa lebih maju. “Kita melihat IAIN maupun STAIN identik dengan Islam. Satu sisi kita tahu Islam itu mencakup keseluruhan, maka untuk memunculkan nilai-nilai universalnya Islam harus diwadahi oleh universitas Islam. Sebab universal Islam tidak mungkin diwadahi oleh institut maupun STAIN,” kata Wamenag mewakili Menteri Agama RI.
Nasaruddin menambahkan, kehadiran UIN dapat menghidupkan kembali tradisi intelektual yang tidak terpisahkan dengan nilai-nilai agama. Selain itu dapat mengembalikan kegemilangan ilmu pengetahuan Islam yang pernah terjadi pada masa kegemilangan Islam.
Wamenag berharap, lahirnya UIN Ar-Raniry diharapkan dapat menambah bobot keilmuan bangsa Indonesia terutama umat Islam, serta memperkuatnya dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban di masa depan.
Gebernur Aceh, dr Zaini Abdullah dalam sambutannya mengatakan, perubahan status IAIN Ar-Raniry menjadi UIN merupakan langkah yang tepat. Alumni yang dihasilkan adalah para sarjana dengan keilmuan yang berperspektif Islam.
“Kalau berbicara pendidikan yang memperkuat penegakan syariat Islam di Aceh maka UIN Ar-Raniry akan menjadi tiang penopangnya. Kampus ini kelak diharapkan mampu menghasikan para cendekiawan berwawasan Islam yang kuat, tawadhuk dan berakhlakul karimah,” harap Zaini.
Rektor UIN Ar-Raniry, Farid Wajdi Ibrahim MA menyebutkan UIN Ar-Raniry merupakan UIN ke-7 di Indonesia. Menurut Farid, IAIN Ar-Raniry resmi berubah status menjadi UIN setelah keluar Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 64 Tahun 2013 tanggal 1 Oktober 2013.
“Perubahan status itu menjadi kado istimewa bagi IAIN Ar-Raniry yang memperingati hari ulang tahun emas ke-50 pada 5 Oktober 2013. Kini perubahan status tersebut sudah diresmikan menjadi UIN Ar-Raniry,” ujarnya.
Farid menambahkan, UIN Ar-Raniry akan mencontoh UIN-UIN lainnya yang menghasilkan lulusan hafizh dan hafizhah serta ahli di bidang ilmunya. “Ada 1.200 mahasiswa yang diasramakan untuk dididik menjadi hafizh dan menguasai bahasa asing,” tutupnya.
Pantauan Serambi, prosesi peresmian UIN Ar-Raniry berlangsung dalam suasana khidmat dan meriah karena tidak saja dibungkus dengan pendekatan regulatif tetapi juga berbasis kultural. Perpaduan suasana itu dibenarkan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Ar-Raniry, Dr H Syamsul Rijal MAg. “Benar, pihak panitia mengemas even ini dengan pendekatan regulatif-cultural. Ini even besar dan bersejarah, maka kemasannya pun harus beda,” ujar Syamsul Rijal di sela-sela kegiatan akbar tersebut.
Menurut Rijal, regulatif itu subtansial dan sangat pokok, karena itu launching alih status berisikan amanat Menteri Agama sebagai pemilik otoritas kewenangan, dilanjutkan dengan penandatangan piagam pendirian UIN Ar-Raniry, serta seremoni penekanan tombol sebagai pembuka selubung peresmian penggunaan sarana-prasarana kampus UIN Ar-Raniry.
Sedangkan pendekatan kultural, lanjut Rijal, disuguhkan kultur keacehan. Di sini diperlukan membangun partisipatori semua pihak dengan menyertakan (mengundang) tokoh masyarakat di segenap penjuru mata angin di kawasan kampus untuk menyaksikan prosesi penting ini agar tumbuh rasa memiliki kampus UIN. Demikian juga segenap mitra kerja serta stake-holder turut menyaksikan, bahkan dihadirkan juga pimpinan perguruan tinggi UIN/IAIN/STAIN se-Indonesia. 
Dalam proses launching disuguhkan juga aneka tari persembahan mahasiswa UIN Ar-Raniry. Ini menjadi bukti bahwa mahasiswa UIN bukan saja ‘penimba’ ilmu tapi juga tampil kreatif sebagai promotor budaya Aceh di tengah realitas kehidupan sosio-religi.
Masih terkait dengan pendekatan kultural, kata Rijal, juga digelar kenduri sebagai wujud rasa syukur rakyat Aceh atas keberhasilan kerja besar alih status IAIN ke UIN. “Ada kemeriahan berbalut rasa syukur ketika makan kenduri bersama dengan menu kuwah beulangong, menu khas yang begitu merakyat di kalangan masyarakat Aceh,” demikian Syamsul Rijal.
 
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Wamenag Resmikan UIN Ar-Raniry Rating: 5 Reviewed By: Admin