INTERNASIONAL-
Pemerintah Rusia mengkritik kebijakan
Amerika Serikat yang akan melakukan kampanye serangan udara ke Suriah
untuk memberantas kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham
(ISIS). Presiden Rusia Vladimir Putin, bahkan mengingatkan rencana
Negeri Paman Sam itu dapat disebut sebagai sebuah agresi dan perbuatan
kotor yang bertentangan dengan hukum internasional.
Laman Dailymail edisi akhir pekan lalu melansir kalimat
tantangan serupa juga diungkap oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri
Rusia, Alexander Lukashevich, di Moskow. Dia menyebut, niat agresi AS
terlihat jelas saat Presiden Barack Obama berpidato mengenai kemungkinan
serangan udara oleh tentara bersenjata AS tanpa adanya persetujuan dari
Pemerintah Suriah yang sah.
Dalam pidato itu, Obama mengindikasikan dia tidak begitu
mempedulikan apa yang dipedulikan oleh Pemerintah Suriah. Presiden ke-45
AS itu, mengizinkan serangan AS di dalam teritori Suriah untuk kali
pertama. Langkah tersebut, merupakan bagian dari upaya tanpa lelah untuk
memberantas teroris ISIS dan menghentikan mereka menyebar teror
mereka.
Padahal, ungkap Lukashevich, Suriah kerap meminta berkali-kali agar
AS sebaiknya berkoordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah di
Damaskus sebelum melakukan serangan udara di perbatasan mereka.
"Langkah ini, tanpa adanya persetujuan dari Dewan Keamanan PBB, dapat dianggap sebagai sebuah agresi," tegas Lukashevich.
Hal serupa juga diungkap oleh Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah, Ali Haidar, pekan lalu.
"Aksi apa pun tanpa adanya persetujuan Pemerintah Suriah, diartikan serangan ke Suriah," ujar Haidar.
Salah seorang penegak hukum di Suriah, Sharif Shehadeh, justru
mengaku bingun dengan keputusan AS itu. Menurut Shehadeh, bagaimana
mungkin koalisi internasional bisa dibentuk, sementara Suriah yang
dijadikan target tindak terorisme, justru malah dikesampingkan.
Dia menyebut langkah AS sama saja melanggar kedaultan Suriah dan
akan berdampak negatif terhadap keamanan regional serta internasional.
Bahkan, harian pemerintah Suriah, turut memperingatkan serangan
udara tersebut dapat memicu peperangan di kawasan Timur Tengah. Rezim
Assad sebenarnya sudah menawarkan pada musim panas ini, bantuan kepada
AS untuk melawan ISIS.
Namun, usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Washington. Obama
malah memilih menjalin kerjasama untuk memberantas ISIS dengan kelompok
oposisi Assad.
Obama turut meminta Kongres untuk memberi administrasi
pemerintahannya kewenangan tambahan dan sumber daya untuk melatih dan
memasok peralatan militer ke kelompok pemberontak ini. Dia tidak
menyebut secara spesifik aksi macam apa yang dibutuhkan dari Kongres
untuk merealisasikan strateginya.
Namun, menurut beberapa penegak hukum, mereka mengaku telah
menerima telepon dari Obama atau Wapres Joe Bidden agar meloloskan
sebuah resolusi anggaran agar pemerintah dapat tetap merealisasikan
rencana mereka.
Menurut informasi dari orang dalam Gedung Putih, Pemerintah Obama
akan meminta dana senilai US$500 juta atau Rp5,9 triliun untuk mendanai
dan memasok senjata tersebut.
sumber: viva.co.id
0 komentar:
Posting Komentar